Blog

Ketergantungan VS Hubungan: Mengapa Ketergantungan Mematikan Hubungan

Ketergantungan VS hubungan
Dating / High Value Woman / Relationship / self-love / Spirituality

Ketergantungan VS Hubungan: Mengapa Ketergantungan Mematikan Hubungan

Pernahkan kamu bertemu dengan seseorang dan langsung ‘klik’ secara instan, layaknya kamu sudah mengenal dia sepanjang hidupmu? Saking klik nya, kamu merasa di kehidupan lain kamu seperti sudah mengenal dia, sehingga kamu merasa begitu dekat dan memiliki hubungan yang mendalam dengannya. 

Hubungan mendalam.  Ada banyak cerita di kehidupan saya dan, mungkin, banyak wanita lainnya tentang berkenalan dengan hubungan yang mendalam ini. Saat kita merasa berada di hubungan yang mendalam, tidak jarang hubungan runtuh begitu saja. Dia pergi. Semuanya tiba-tiba terasa hancur. 

Saat kegagalan terjadi, para wanita cenderung sulit untuk merelakan. Berbulan-bulan hingga bertahun-tahun berikutnya, kita masih merasakan hubungan yang begitu mendalam yang pernah terjalin.  

Jika kamu sulit untuk merelakan, itu bukan hubungan, melainkan ketergantungan. Ketergantungan inilah yang mungkin menutupi dan mematikan hubunganmu dulu yang baru tumbuh.  

Hubungan selalu muncul dari hati, sementara ketergantungan muncul dari pikiran. Kamu terikat melalui pikiran, sementara hubungan terjalin melalui hati. 

Photo by RODNAE Productions

“Ketergantungan membuat kita lupa pada momen saat ini”

Saat kamu terbiasa memikirkan tentang masa lalu atau masa depan saat dalam hubungan, kamu sudah terikat. 

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, jika kamu sulit merelakan dia untuk pergi, di saat itulah pikiranmu sedang menyerap kembali momen-momen di masa lalu sembari mengulang hal-hal indah yang pernah terjadi. Hubungan telah berakhir, tapi kamu masih ‘mengurung’ dirimu dalam ruang masa lampau. 

Kamu sedang merindukan sesuatu yang pernah terjadi dan merasakan kehampaan yang begitu mendalam. 

Kebalikan dari mereka yang hidup di masa lalu adalah mereka yang future focused. Sederhananya, jika kamu terbiasa mengharapkan sesuatu yang permanen, sesuatu yang akan menjadi pencapaian akhir dari hidupmu, seperti pernikahan, berkeluarga, atau prestasi dalam karir, maka kamu adalah future focused. Hidupmu akan selalu merasa belum lengkap jika sesuatu yang kamu idam-idamkan belum ada untuk saat ini. 

Jika menemukan soulmate, menikah, dan berkeluarga menjadi keinginan mendalam mu di masa mendatang, tidak jarang fokusmu hanya akan ke tujuan-tujuan itu. Sehingga kamu lupa menjalin hubungan yang sesungguhnya. 

Hingga akhirnya, kamu terbeban oleh pikiranmu, Kamu menjadi overthinking, over analyze, dan menjadi takut menjalin hubungan karena keraguan mu yang membuat kamu terus bertanya: apakah dia sesuai dengan tujuanku di masa depan?

Inilah yang disebut dengan pikiran yang terikat. Terikat pada apa yang kita pikirkan tentang bagaimana sebuah hubungan seharusnya. Terikat pada harapan bagaimana saya seharusnya. Dan terikat pada bagaimana menjalani hidup semestinya. Hingga tanpa disadari, saat kamu menjalin hubungan, kamu mentransfer keterikatan dan ketergantungan itu kepada dia. 

Saat gagal, kamu fokus pada outcome di masa mendatang berdasarkan pengalaman di masa lampau. Kamu tidak sedang hidup di masa sekarang. Kamu sedang menutupi hubungan yang sesungguhnya. 

Hubungan yang sesungguhnya mestinya mendapat ruang yang pas antara masa lalu dan masa mendatang. Jika masa lalu pergi, maka masa depan belum tentu datang. 

Hubungan adalah tentang saat ini. Bukan masa lalu maupun masa mendatang. 

Photo by Liza Summer

Ketergantungan berdasarkan pada kebutuhan 

Banyak nasehat tentang hubungan di luar sana yang mengatakan bahwa kebutuhanmu dipenuhi oleh pasanganmu. Memang betul. Namun, selama kebutuhan-kebutuhan itu masih masuk akal. Dan dalam hubungan yang mendalam, memenuhi kebutuhan itu terasa ringan, tanpa ada rasa terpaksa. Berbeda jika kamu dalam kondisi tergantung. 

Sebagai contoh, kamu harus melihat pasanganmu setiap hari, setiap saat, dan setiap jam. Maka, kamu meminta dia untuk mengirim whatsapp setiap saat untuk menanyakan kabarmu. Saat pagi, kamu harus terbangun oleh suara telepon dia sembari mengucapkan “selamat pagi”. Saat momen-momen ini mendadak hilang, kamu merasa menderita dan cemas.

Kamu mungkin sudah meminta dia untuk menghubungimu setiap saat. Tidak hanya sekali, mungkin sudah berulang kali kamu memintanya. Tapi, kok, terus merasa kurang? 

Di sinilah letak kesalahannya. Jika kamu terbiasa terus menerus mengulang permintaanmu kepada dia, kamu belum secara emosional terhubung dengan dia. Kamu hanya terhubung pada kebutuhanmu atau pada bagaimana sebuah hubungan semestinya. Sebaliknya, jika kamu memiliki hubungan yang mendalam, kebutuhanmu semestinya sudah terpenuhi. Jika belum, maka kamu belum benar-benar ‘terhubung’. 

Pertanyaan saya, mengapa harus bertahan pada hubungan yang tidak bisa memenuhi kebutuhan? 

Banyak yang beranggapan menjalin hubungan dulu, toh nanti kebutuhan akan perlahan terpenuhi. Padahal, hubungan akan semakin dalam ketika kebutuhan mu mulai terpenuhi, bukan sebaliknya.

Jika kamu benar-benar berada di sebuah hubungan yang mendalam, kamu tidak perlu merasa cemas. Kamu tidak akan merasa cemas jika dia tidak sedang berada di dekatmu. Kamu tidak akan merasa cemas jika dia tidak menghubungimu setiap saat. Kamu akan tetap merasakan sayang terhadap pasanganmu ketimbang keraguan. 

Ketergantungan itu Egois!

Dari mana asal rasa ketergantungan? Rasa ketergantungan muncul dari tempat yang kosong yang memaksa seseorang untuk mengisi kekosongan itu. Itulah mengapa ketergantungan itu egois! 

Ketergantungan juga memaksa seseorang untuk berperilaku sesuai keinginan dan harapan kita. Kebanyakan wanita yang mudah untuk bergantung menganggap dirinya selfless, atau tidak suka mementingkan dirinya sendiri. 

Sifat selfless tersebut juga terbawa dalam hubungan. Mereka merasa tidak perlu diprioritaskan, padahal di dalam hati mereka, mereka ingin mendapatkan perhatian yang lebih. Sifat ini menjadi bentuk kontrol terhadap pasangan. 

Kita cenderung mencari penerimaan, rasa kasih sayang, dan pengakuan saat dalam hubungan dibanding menjadi diri sendiri. Kita menghindari penolakan dan rasa cemas. Kita cenderung mencari seseorang untuk memenuhi kebutuhan mendalam kita. 

Walaupun kita menampilkan kesan kita sebagai wanita yang selfless, sebenarnya kita sedang berada dalam ketergantungan yang tidak sehat. Kita hanya memikirkan dia, pasangan kita, bisa memenuhi kebahagiaan kita atau tidak. 

Akhirnya, kita menjadi selfish dibanding selfless

Ketika kamu datang dari tempat yang selalu berusaha mendapatkan sesuatu, terutama hubungan, kecil kemungkinan kamu mendapatkan hubungan yang mendalam. Kamu menjadi egois, keinginan berubah menjadi kewajiban. Kewajiban bagi dia untuk memenuhi segala kebutuhan emosionalmu, termasuk menjamin kamu terus bahagia. Jika demikian, apakah dia akan tetap bertahan? 

Di sisi lain, kamu terus akan merasa marah karena kamu merasa telah memberi lebih dalam hubunganmu. 

Hubungan itu tentang kebebasan

Photo by amy chung

Hubungan mendalam terbentuk dan tumbuh dari serangkaian hubungan yang mengalir seiring waktu tanpa harapan dan bayangan akan masa depan. 

“Hubungan tidak menciptakan koneksi, tetapi koneksi yang menciptakan hubungan”

Tidak semua keterhubungan menghasilkan sebuah hubungan. Hubungan terjadi saat kamu menghilangkan peraturan, dan menggantinya dengan komitmen dan kesepakatan. 

Ingat bagaimana kamu berhubungan dengan sahabatmu. Walaupun berada di tempat yang berbeda, hubungan kamu dan sahabatmu tidak memudar bukan? 

Nikmati hubunganmu saat ini. 

Saya pernah duduk di sebuah cafe dan seorang pria menghampiri saya. Dia sangat atraktif, dia mencoba merayu, hingga kami larut dalam obrolan yang hangat. Saya akui, momen tersebut memunculkan koneksi. Sayangnya, koneksi hanya muncul di saat itu. Karena hanya terjadi di masa itu dan sudah lampau, maka saya tidak berharap akan terjadi momen bersama pria itu di masa depan. Jika takdir mengijinkan, mungkin kita akan berjumpa lagi. Tapi untuk saat ini, saya bebas! 

Dari menjadi bebas tanpa tergantung, saya belajar: 

“Saat kamu mengalami koneksi tanpa keterikatan, berarti kamu telah menemukan kebebasan, dan perasaan bebas amat sangat membuatmu terlihat sangat menarik”

Apa kamu ingin tahu lebih banyak tentang rasa takut, kecemasan dan perjalanan untuk mengenal dirimu seutuhnya?

Kamu bisa mengikuti kelas-kelas saya yang ada di website ini atau membuat appointment untuk one-on-one personal coaching langsung dengan saya, yang akan sangat membantu mu untuk menaikkan intelejensi emosional kamu dalam hubungan, berhubungan dengan pria dan masalah dalam kehidupan.

Share this :

Leave your thought here

Your email address will not be published. Required fields are marked *