Blog

Ketidakmampuan Menerima Yang Menjadikan Hubungan Terasa Hambar

Kemampuan Menerima
Break Up / Dating / High Value Woman / Relationship / Relationship Coach / self-love / Spirituality

Ketidakmampuan Menerima Yang Menjadikan Hubungan Terasa Hambar

Di era modern sekarang ini, banyak wanita yang ingin terlihat independen dalam segala hal. Saya tidak menganggap menjadi independen itu suatu kesalahan. Tetapi, dalam hubungan antara pria dan wanita, hal ini bisa menjadi masalah jika wanita tidak menyadari peran nya, yang salah satu nya kemampuan untuk menerima.

Sering kita dengar dan mungkin dari kecil kita diajarkan untuk memberi, kita diajarkan bahwa memberi itu adalah sesuatu kebaikan. Tidak salah, tapi memberi dan menerima adalah hal yang seimbang, bukan yang satu lebih baik daripada yang lain. Bagaimana ada yang memberi jika tidak ada yang menerima? Dalam hal cinta, kita memberi sekaligus menerima cinta. Memberi jika dilakukan dari hati, akan terasa menyejukkan.

Banyak nya wanita di era modern ini, mereka justru “bersaing” dengan pria. Mereka seakan lupa peran nya sebagai wanita, yaitu menerima. Menjadi independen bukan berarti selalu terlihat kuat, mampu melakukan segala nya sendiri, hal ini akan membuat pria tidak merasa dibutuhkan. Memberi adalah juga menerima. Saat kamu menerima, kamu juga memberikan kebahagiaan.

Namun, banyak wanita merasa kesulitan dalam hal ini.

Hal Yang Seringkali Saya Jumpai Dalam Sesi Relationship Coaching

Ketidakmampuan untuk menerima yang membuat hubungan terasa hambar dan berujung pada stagnasi, hubungan tidak berkembang.

Saya belajar dari pengalaman selama menjalin hubungan dan membuat saya tersadar. Butuh waktu yang cukup lama sampai saya menyadari ketidakmampuan saya untuk menerima, menghancurkan hubungan-hubungan saya di masa lalu. Mungkin cerita saya dapat membantu mu melihat dirimu dalam hubungan mu.

Saya pernah beberapa kali menjalin hubungan serius dengan beberapa pria dalam waktu yang cukup lama. Pacar pertama saya, yang pertama kali saya menjalani nya dengan serius, saat itu usia saya masih sangat muda, 18 tahun pertama saya bertemu dan saya menjalani hubungan itu selama 6 tahun.

Dia selalu memperhatikan saya sampai ke hal-hal terkecil. Pernah saya masuk rumah sakit, dia bahkan sampai rela tidur di rumah sakit (he was self employed) selama 4 hari, tanpa sekali pun keluar dari kamar saya, bahkan adik nya datang membawa pakaian ganti untuk nya. Ya, dia makan dan mandi di rumah sakit, karena tidak ingin meninggalkan saya.

Pada akhir nya kami berpisah, dia tidak bahagia bersama saya, karena saya tidak mampu untuk menerima.

Saya juga pernah bersama pria yang berkarakter alpha, boleh dibilang sangat alpha. Dan lagi-lagi ketidakmampuan saya untuk menerima, membuat nya tidak bahagia, dia tidak merasa dibutuhkan, karena my emotional unavailibility. Saya ingin merasa setara dengan nya, saya ketidaksadaran saya untuk peran saya menjadi wanita untuknya.

Saya di besarkan oleh ayah saya bagaimana menjadi individu yang independen dan itu terus terbawa ke dalam hubungan percintaan saya.

Ada perbedaan yang sangat signifikan antara kemampuan untuk menerima dan menuntut. Kemampuan menerima tidak sama dengan menuntut. Karena menuntut datang dari rasa kosong, sedangkan menerima datang dari self-love.

Banyak klien saya bertanya, bagaimana cara nya supaya dia lebih terbuka, bagaimana caranya agar dia lebih perhatian pada saya dan seterus nya. Ini bentuk tuntutan di mana si pria tidak bersedia untuk memberi lebih. Dan ini adalah ketidakseimbangan.

Menerima adalah saat pria memberikan, karena ia ingin memberi, bukan di paksa untuk memberi.

Ini pun terjadi pada diri saya, saat saya tidak bersedia memberi, siapapun yang memaksa dan menuntut saya, tidak akan saya gubris, justru saya akan tampak dingin dan unemotional. Karena bukan datang dari keinginan saya pribadi untuk memberi.

Saat seseorang menerima dengan hati, tidak ada keinginan untuk menuntut lebih. Saat seseorang meninginkan lebih, hanya karena ia ingin merasa lebih baik, dan tanpa sadar, menaruh tanggung jawab pada pria untuk menyenangkan nya, karena ketidakmampuan untuk membahagiakan diri sendiri.

Pemberian seharus nya datang dari keinginan hati, bukan dipaksakan atau dituntut. Biarkan terjadi secara natural.

Menerima Sebagai Wanita Yang “Surrender To Her Feminine Energy”

Sebagai seorang Relationship Coach tentu banyak klien wanita yang datang pada saya dan merasa mereka sudah memberikan banyak, merasa diri nya tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dari pasangan nya, merasa tidak adil, dan lain-lain. Banyak pula yang merasa harga diri nya terinjak, dan ego nya naik dengan berkata “sudah cukup saya memberi selama ini, dia terlalu egois.” Seakan merasa diri nya harus kuat dan menjaga harga diri. Seakan ia wanita dengan hati seluas samudera tapi yang di dapat hanya terus disakiti.

Mereka tidak sadar, mereka bukan menerima, tapi mereka menuntut, dan tanpa pengetahuan tentang psikologis pria. Menerima membutuhkan kerendahan hati (bukan merendahkan diri) dan penyerahan (surrender) penuh pada esensi feminin diri nya.

Kelas-kelas saya membantu mu untuk lebih memahami dirimu, memahami pria dan yang paling utama, bagaimana menjadi High Value Woman yang membuat pria jatuh cinta, tanpa kamu harus melakukan apa-apa, tetapi menjadi diri mu seutuh nya, yang justru membuat nya terus ada dalam cinta. Jika kamu ingin mengenal pria lebih dalam kamu bisa join kelas 7 Fase Pria Jatuh Cinta dan belajar menjadi High Value Woman di 6 Karakteristik Wanita Bernilai Tinggi.

Saat kamu siap untuk transformasi diri program ini akan mambawa kamu pada kesadaran diri yang menjadi dasar pertumbuhan spiritual Perjalanan Ke Dalam Diri. Program ini berisi 10 kelas yang membahas setiap esensi yang kamu butuhkan dalam perkembangan spiritual mu, yang akan sangat berdampak pada setiap aspek kehidupan, bukan hanya tentang hubungan.

Perjalanan Ke Dalam Diri

Share this :

Leave your thought here

Your email address will not be published. Required fields are marked *