Pelajari Cara Menemukan Cinta Dan Kebahagiaan
Komitmen dan kesuksesan suatu hubungan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Tetapi, banyak sekali yang menafsirkan komitmen dengan cara yang kurang tepat sehingga menghasilkan hubungan yang seringkali terasa membebani, bukan membahagiakan.
Komitmen adalah suatu yang terjadi secara natural, bukan sesuatu yang dapat dipaksakan. Saya sebagai relationship coach, seringkali mendengar cerita klien dan seringkali bahkan sebelum klien selesai bercerita saya sudah dapat mengantisipasi apa akhir dari cerita itu.
Perilaku dan pola yang mengulang, ya itu selalu terjadi saat kita belum benar-benar mengetahui apa sebenarnya yang kita inginkan dari seorang pasangan. Dan pola itu akan terus berlanjut hingga kita mau untuk memulai bertanya ke dalam diri, “apa yang sebetulnya saya inginkan?”.
Apakah kecocokan itu hanya sebuah mitos ataukah kecocokan itu memang ril?
Saat kita memasuki suatu hubungan dengan keadaan diri yang stabil, tahu apa yang diinginkan menjadikan sesorang lebih selektif dalam memilih pasangan. “Your thoughts justifies your actions”. Saat kamu tahu apa yang kamu inginkan, itu seperti GPS yang menemani langkahmu. Dan seseorang yang belum “sembuh” dari luka masa lalunya, GPS itu pun masih menunjukkan tujuan yang sama. Dengan kata lain, kamu tidak dapat mencari tujuan baru dengan “alamat” yang belum dirubah.
A healed heart dan pengetahuan diri yang baik akan membantumu untuk memahami apa yang kamu inginkan dan yang tidak kamu inginkan dalam sebuah hubungan. Ini semua akan membantumu untuk tidak membuat kesalahan yang sama terulang kembali dan memilih yang terbaik tanpa beban.
Most importantly, the wisdom you acquired can be an eye opening to recognize that joy is your birthright whether you are or aren’t in a relationship right now and just feel happy in the present.
Dalam hubungan yang sehat, kedua pasangan saling berkomitmen dan adanya kedekatan emosional yang konsisten. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat, melibatkan manipulasi, gaslighting, kecemasan dan terlalu banyak kebingungan (yang umumnya dirasakan 1 pihak).
Apakah hubungan yang sedang kamu jalani sehat atau tidak sehat dapat dilihat dari emosional yang dirasakan. Jika kamu merasakan emosi positif tentang hubunganmu dan pasanganmu, kamu ada di hubungan yang sehat. Jika emosi negatif seperti amarah, kekecewaan atau kesedihan, itu pertanda hubunganmu perlu di evaluasi untuk kebaikanmu.
Sedari kecil, kita diajarkan tentang komitmen. Kita belajar tentang konsep komitmen dari orang tua dan keluarga bahkan orang sekeliling kita. Ada yang bertumbuh dalam keluarga yang harmonis dan orang tua yang saling mendukung satu sama lain. Ada pula yang bertumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis, seringnya terjadi keributan, teriakan, bahkan kekerasan fisik, adapun yang bertumbuh dengan tidak hadirnya sosok satu atau kedua orang tua.
Apa yang kita alami selama masa pertumbuhan akan sangat berdampak pada pola pikir dan juga belief system. Semua itu berdampak lebih dari yang kita bayangkan. Saat kita dewasa, kita akan membawa semua itu kedalam hubungan kita dan bagaimana kita menghadapi kehidupan. Ada yang menolak keadaan tertentu, ada yang mengasosiasikan komitmen sebagai hal yang menakutkan karena ayahnya pergi meninggalkan keluarga, dan sebagainya. Semua itu terekam dalam memori yang ada di alam bawah sadar kita.
3 Hal tentang hubungan yang sehat
Pertama, hubungan yang kuat mempunyai tujuan yang sama. Mencari pasangan dengan nilai-nilai komitmen yang sama, jika kamu memegang kuat nilai-nilai itu, kamu tidak akan dapat bersama seseorang yang hanya menilai komitmen hanyalah sebuah status.
Kedua, kenalilah pasanganmu. Kamu belum mengenal pasanganmu jika kamu hanya tahu makanan apa yang dia suka, atau parfum apa yang dia pakai. Mengenal pribadi sesorang jauh melampaui hanya apa yang dia sukai.
Jauh ke dalam, apa yang dia butuhkan, apa yang membuat dia merasa disayang dan bagaimana pikiran dan perasaannya bekerja. Mengapa dia melalukan sesuatu tapi tidak yang lainnya. Bagaimana dia merasionalisasikan sikapnya, bagaimana dia menilai sikapnya sendiri saat dia melakukan kesalahan? Apa yang menjadi kekeliruannya dan apa yang dia pahami tentang kekeliruannya? Dengan waktu, memperhatikan dan mempelajari, kamu akan menemukan jawaban untuk dirimu.
Bukan hanya semua itu merujuk pada pengenalanmu terhadap pasanganmu, tetapi juga pengenalanmu terhadap dirimu sendiri.
Dengan memahami, kamu belajar untuk menerima kesalahan atau kelemahan pasanganmu dan belajar bahwa tidak semua keinginanmu akan kamu dapatkan.
Ketiga, pelajari bagaimana kedekatan emosional dalam hubungan akan terus terjaga. Banyak orang yang tinggal bersama dalam pernikahan ataupun hubungan panjang tapi secara emosional terasa hambar. Mereka seperti hidup dalam dunia yang terpisah. Kedekatan emosional seperti api yang terus menyala dan membuat hubungan terasa hangat. Seperti halnya, kita mengetahui apa yang pasangan kita butuhkan bahkan sebelum dia meminta.
Seringkali klien saya merasa mereka ingin merubah pasangannya atau mereka ingin pasangannya berubah. Kenyataan nya, tidak ada 1 orang pun yang dapat merubah orang lain. Kita hanya dapat merubah diri kita sendiri.
Jika kamu begitu menginginkan pasanganmu untuk berubah, kamu bisa menginsipirasi nya untuk memperbaiki diri dan “mengantarkan” dia untuk bertransformasi. Tapi, ini sangat penting untuk digaris bawahi, pada akhirnya, keputusan untuk memperbaiki dan berubah harus datang dari dirinya sendiri. Kamu tidak dapat turut campur dalam keputusannya.
Cara terbaik adalah dengan kamu merubah dirimu, sikapmu, itu akan membuat nya merasa ada yang berbeda dan dengan itu, kamu menjadi inspirasi untuk dirinya untuk melakukan perubahan. Dan saat dia melakukannya, kamu akan belajar tentang motivasi dan kapasitasnya untuk berubah.
Cara pertama untuk menata kembali caramu berpikir, merasa dan berprilaku adalah dengan menyadari bagaimana caramu berpikir dan merasa sehari-hari nya. Segala hal dimulai dan berakhir di dalam pikiran kita., dengan itu, kita harus memulainya dari menyadari pikiran itu sendiri.
Kita menciptakan berbagai cerita di dalam pikiran kita. Otak melakukan hal ini sebagai defense mechanism. Dan banyak dari cerita-cerita yang kita ciptakan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal yang kita ciptakan di dalam pikiran adalah energi. Dan jika cerita di kepala kita negatif, cerita-cerita itu akan mengundang energi negatif dan termanifestasi dalam bentuk situasi, kejadian dan orang.
Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam tentang apa itu komitmen dan bagaimana mendapatkan komitmen yang kamu inginkan, kamu bisa mempelajarinya disini atau jika kamu ingin dibimbing secara personal, saya akan mendampingi perjalananmu disini
Kamu bisa mendengarkan podcast saya tentang relationship disini
Photo by Azrul Aziz on Unsplash