7 Tipe Wanita Yang (Selalu) Dihindari Pria
Dalam sebuah hubungan yang ideal, kita pastinya hanya ingin memperlihatkan versi terbaik dari diri kita setiap saat kepada pasangan. Namun dalam hubungan yang nyata, tak hanya sisi yang baik-baik saja, sisi terburuk dari diri kita pun terungkap seiring berjalannya waktu.
Hal ini tentu saja sangat wajar. Apalagi ketika kita sudah tinggal bersama dengan pasangan di bawah satu atap, berbagi uang dan bahkan tempat yang paling private seperti kamar mandi, melihat mereka setiap hari—pasti ada masa di mana kita mengalami stres. Menampilkan 100 persen yang terbaik dari diri kita, sepanjang 100 persen dari waktu yang kita miliki adalah hal yang mustahil.
Sekali atau dua kali salah langkah di depan pria yang Anda kencani merupakan hal yang biasa terjadi, tetapi terus menerus melakukan sabotase terhadap diri sendiri bisa jadi masalah besar.
Apa yang sering tidak disadari oleh banyak wanita adalah begitu mudahnya menyabotase hubungan dengan pasangan tanpa benar-benar disadari—bahkan tidak perlu sampai melakukan berbagai kegilaan, seperti menguntit pasangan yang sedang meeting dengan partner bisnisnya atau sampai meretas aplikasi WhatsApp-nya untuk mencari tahu siapa saja yang berkomunikasi dengannya setiap hari, selain Anda!
Ada saran yang cukup sederhana untuk para wanita, dan itu adalah: jangan pernah berubah menjadi “monster” yang bisa membuat pasangan Anda menjadi frustasi.
Karena jika Anda melakukannya, dijamin pria manapun pasti akan kabur dari sisi Anda.
Berikut beberapa tipe wanita yang (selalu, cepat atau lambat) akan dihindari oleh para pria.
1. Tipe Si Penghancur

Tipikal “Si Penghancur” berusaha mengendalikan hubungannya dengan mengontrol sang pasangan… berulang kali!
Wanita ini memandang dirinya sebagai “pencari solusi” yang selalu bisa menyelesaikan masalah apapun. Meskipun (terkadang) niatnya mulia, terus-menerus memberitahu pasangan bahwa apa yang mereka lakukan salah atau tidak sesuai dengan standar Anda benar-benar bikin jengkel.
Dengan mencoba mengontrol pasangan, tanpa disadari Anda telah mengecilkan pemikiran dan perbuatan, harapan-harapannya, dan mungkin yang terpenting, rasa kewibawaannya. Semua ini akan merampas sesuatu yang sangat dipegang dan dijunjung tinggi oleh para pria: gengsi dan harga dirinya.
2. Tipe Sang Ibu

Tipikal “Sang Ibu”—berbeda dengan berjiwa keibuan, jika dibiarkan lama kelamaan akan bertindak persis seperti ibu dari pasangannya.
Anda menyayanginya seperti seorang ibu kepada anaknya, rewel dan terlalu khawatir, benar-benar menjaga pasangan agar jangan sampai melakukan kesalahan sedikit pun, bahkan mungkin Anda merasa perlu memilihkan kemeja dan celana yang cocok untuk pasangan Anda kenakan di hari pertamanya di kantor baru.
Anda juga terus menakar kadar emosional dalam hubungan. Awalnya tindakan ini mengesankan bahwa Anda sangat peduli dan memang seperti itulah hubungan yang sehat, tetapi sebenarnya tidak.
“Sang Ibu” membebani semua hal—kebahagiaan, kesedihan, suka dan duka—semua dinamika dalam sebuah hubungan di pundaknya seorang diri. Tipikal ini menanggung semua beban yang ada di dalam hubungannya benar-benar seorang diri; karena menurutnya, untuk membuat hubungan ini berhasil merupakan kewajibannya.
Anda akan terus-menerus bertanya-tanya bagaimana perasaan pasangan Anda, apa pendapatnya, dan apakah ia baik-baik saja dan jika tidak—apa yang bisa Anda lakukan untuk memperbaikinya. Masalah pada wanita yang mengambil peranan sebagai “Sang Ibu” ini ada dua.
Pertama, seorang kekasih atau istri yang bertindak seperti ibu dari pasangannya tanpa disadari, cepat atau lambat akan mendorong pasangannya untuk memberontak. Ketika Anda memperlakukan pasangan seperti anak kecil, apalagi yang akan ia lakukan selain bersikap seperti anak-anak? Kedua, tidak adil bagi seorang wanita untuk merawat seorang pria dewasa! Pasangan Anda mungkin tidak keberatan pada awalnya, tetapi lama kelamaan ia pasti akan membencinya.
3. Tipe Si Pawang Cinta

“Si Pawang Cinta” memiliki kemampuan untuk menarik para pria ke dalam pelukannya tanpa terlalu berusaha keras. Tipikal ini seakan memiliki sihir dan mampu melancarkan segala tipu daya hanya dengan daya tarik seksualnya. Dengan kata lain, wanita yang termasuk ke dalam kategori ini mampu mengontrol pasangannya dengan seks.
Memiliki daya tarik seksual memang tidak salah, namun menjadi fatal dan berisiko besar menyabotase sebuah hubungan ketika Anda pada dasarnya memanipulasi dan melakukan pemerasan emosional terhadap pasangan. Jika pasangan menginginkan seks, maka ia harus melakukan apa yang diinginkan oleh “Si Pawang Cinta”. Selanjutnya sudah dapat dipastikan, hubungan yang didasarkan pada pemerasan secara emosional tidak akan bertahan lama.
4. Tipe “The Damsel in Distress” (Sang Korban)

Konsep “The Damsel in Distress” ini sederhana: seorang pria bertemu dengan seorang wanita, sang pria menyelamatkan wanita, lalu keduanya hidup bahagia selamanya. Mungkin terdengar seperti hubungan yang romantis, too good to be true, dan idaman siapa pun, tetapi nyatanya hubungan ini hanya berhasil untuk sementara waktu.
Dalam hubungan jangka panjang, seorang gadis tidak selalu dalam kesulitan (kecuali hidupnya mirip skenario beberapa film Hollywood yang alur ceritanya mudah ditebak), dan sang pria tidak selalu bisa bertindak sebagai pahlawan. Plot semacam ini terlalu melelahkan—dan tidak realistis—bagi kedua belah pihak.
Pada akhirnya, sang pria akan membenci sang wanita yang selalu bermain menjadi korban karena ketidakmampuannya atau ketidakmandiriannya.
5. Tipe Sang Penggoda

Sebagian besar dari kita, pada suatu masa dalam hidup ini pasti pernah berhadapan dengan tipikal orang yang suka menggoda dan melakukan tarik-ulur sebelum sepakat memasuki sebuah hubungan. Meskipun kadar sabotase dalam hubungannya tidak terlalu tinggi, kesenangan bermain tarik-ulur yang berlebihan bisa mendatangkan perasaan frustasi.
Seperti halnya dengan godaan, bermain api awalnya memang menyenangkan, tetapi api bisa padam dengan sangat cepat dan hubungan menjadi sangat membosankan.
Terlalu banyak godaan bisa membangun tembok di antara kedua pasangan, pondasi yang tidak kuat karena hubungan yang perlahan menjadi dingin. Pasangan Anda merasa tidak puas, tidak cukup baik, dan merasa kesepian—pasangan dan juga Anda di dalam hubungan ini akan merasa terjebak, seolah-olah tidak dapat mengekspresikan diri secara terbuka dan jujur.
6. Tipe Sang Akuntan

Seperti halnya seseorang yang berprofesi sebagai akuntan, tipikal ini akan berfokus pada kesetaraan hubungan—totalitas kesetaraan yang benar-benar sama rata. Seorang wanita yang memerankan peran sebagai “Sang Akuntan” dapat dengan cepat mencatat siapa yang membayar untuk apa dan kapan. Bahkan ada juga yang menghitung pembagiannya sampai detail, tak kurang sepeser pun.
Masalahnya di sini adalah bahwa hubungan percintaan tidak bisa disamakan dengan hubungan bisnis, yang semuanya serba kaku. Jika hubungan terasa tidak menyenangkan dan terlalu penuh perhitungan, Anda dan pasangan akan segera kehilangan kesempatan untuk menjalin keintiman.
7. Tipe Sang Putri Raja

Ketika seorang wanita memainkan peran sebagai “Sang Putri Raja”, ia akan lebih suka dipuja dan senang memiliki banyak penggemar ketimbang hubungan yang saling mencintai. Sederhananya, “Sang Putri Raja” ingin menikahi pria yang memandangnya sebagai trophy wife yang bisa dipamerkan ke depan publik.
Jika Anda memainkan peranan ini, risikonya tidak hanya akan merenggut kebahagiaan orang terdekat Anda saja (karena hubungan dilandasi dengan kekosongan dan hanya untuk pertunjukan publik), tetapi juga merenggut pasangan Anda dari diri mereka sendiri, membuang kesempatan mereka untuk merasakan cinta dan memiliki hubungan yang nyata.
Pada akhirnya, setiap wanita setidaknya pernah memainkan salah satu peran ini (dan para pria juga memainkan peranan mereka sendiri).
Belajar Menjadi “Wanita Bernilai Tinggi” akan merubah cara pandangmu yang selama ini salah dalam menilai bagaimana menarik pria dan menjaga hubungan tetap sehat dan saling menghargai.


Yunita Eddyanto 