Jelajahi Hubungan Spiritual Anda yang Terutama: Cinta untuk Diri Sendiri
Jelajahi Hubungan Spiritual Anda yang Terutama: Cinta untuk Diri Sendiri
Budaya percintaan populer di dunia kerap berfokus pada upaya-upaya untuk menarik cinta, memberikan cinta kepada orang lain agar kita dapat menerima cinta yang diharapkan. Namun yang sesungguhnya, Anda hanya akan bisa menerima cinta sebesar yang Anda berikan kepada diri sendiri.
Menurut RUMI, cinta bukanlah sebuah emosi, tetapi cinta adalah cinta itu sendiri. Dimana seseorang yang begitu mencintai dirinya, ia akan menjadi cinta itu sendiri.

Saat Anda menjadi cinta itu sendiri, hati Anda akan beresonansi hanya dengan frekuensi yang sepadan dengan frekuensi diri Anda. Tidak sulit buat Anda untuk melepaskan sesuatu yang tidak sejalan dengan nilai-nilai diri yang Anda miliki.
Begitu pula sebaliknya. Saat Anda tidak mencintai diri Anda sendiri, Anda akan membiarkan orang lain mengecilkan nilai diri Anda sama dengan apa yang Anda lakukan kepada diri Anda sendiri.
Jadi jika Anda menginginkan agar cinta bertahan selamanya, belajarlah untuk mencintai diri sendiri, karena hubungan Anda dengan pasangan akan menggambarkan hubungan Anda dengan diri Anda sendiri.
Untuk bisa mencintai diri harus dimulai dengan self-esteem (harga diri), self-acceptance (penerimaan diri), dan akhirnya self-love (kasih sayang dan cinta untuk diri sendiri)—semuanya dilakukan secara bertahap.
Salah satu penerimaan adalah menerima apa yang menjadi pelajaran hidup dengan dihadirkannya orang-orang dalam kehidupan Anda yang memberikan pengalaman dalam hidup Anda. Hati Anda adalah kompas yang akan menunjukkan arah kemana Anda harus melangkah.

Self-Esteem (Harga Diri)
Kebanyakan orang menentukan nilai diri mereka berdasarkan penilaian orang lain. Mereka cenderung mencari persetujuan dan validasi dari orang lain. Akibatnya, pendapat mereka tentang diri sendiri menjadi penuh bias dan mereka tidak akan puas sampai mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Self-esteem atau harga diri yang sejati tidak didasarkan pada apa yang orang lain pikirkan tentang Anda—karena namanya saja SELF-esteem/harga DIRI—maka harus didasarkan pada apa yang Anda pikirkan mengenai diri sendiri.
Saat self-esteem (harga diri) rendah, Anda akan lebih mudah tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain dan gambaran diri yang Anda miliki mungkin berubah-ubah seiring dengan pasang surut dalam kehidupan. Tetapi saat Anda memiliki self-esteem yang tinggi, Anda tidak akan mudah menyalahkan diri sendiri, percaya begitu saja dengan pendapat orang lain, atau menerima bulat-bulat apa yang nasib lemparkan pada Anda.
Banyak orang berfokus pada kekurangan mereka dan mengalami kesulitan untuk menerima pujian atau mengakui kelebihan-kelebihan mereka. Sementara ada juga yang memiliki pendapat yang berlebihan dan tidak realistis mengenai diri mereka sendiri—merekalah yang disebut sebagai orang yang narsis.
Sebuah hasil penelitian mengungkapkan bahwa orang yang narsis memiliki self-esteem yang tinggi. Namun menurut saya, self-esteem yang mereka miliki sesungguhnya palsu. Ketika mereka mengalami kegagalan, self-esteem mereka bisa jatuh, terutama ketika itu terjadi di dalam hal-hal yang selama ini membuat mereka percaya diri berlebihan, seperti kecantikan, pujian dari orang banyak, atau kesuksesan materi. Hambatan terbesar untuk self-esteem adalah self-criticism (kritik diri).
Kita diberikan sebuah kehidupan, tidak ada kehidupan yang baik atau buruk. Tetapi bagaimana kita menciptakan kehidupan yang kita inginkan, dan semua itu dimulai dari bagaimana kita menghargai dan mencintai diri kita sendiri.

Self-Acceptance (Penerimaan Diri)
Meskipun saling berkaitan, self-acceptance (penerimaan diri) tidak sama dengan self-esteem (harga diri). Harga diri berfokus pada seberapa bernilai, atau berharganya Anda melihat diri sendiri. Sedangkan penerimaan diri berfokus pada afirmasi diri yang jauh lebih luas.
Ketika Anda sudah menerima diri sendiri, Anda dapat merangkul semua sisi dari diri sendiri—bukan hanya sisi positif yang bisa diterima oleh orang lain saja, tapi juga segala kekurangan, kegagalan, dan keterbatasan Anda. Anda lebih bisa memaafkan diri sendiri dan tidak terjebak dengan berbagai penilaian (judgement) terhadap diri Anda.Â
Itu sebabnya, penerimaan diri bersifat tanpa syarat. Anda memiliki kemampuan untuk mengenali kelemahan atau keterbatasan diri, tetapi kesadaran ini sama sekali tidak menahan Anda dalam penerimaan diri seutuhnya. Di tahap ini, Anda telah dapat menghargai diri sendiri.
You know you are enough.
Saat telah mencapai penerimaan diri, tanpa disadari hidup Anda akan dipenuhi dengan keajaiban. Mau tahu kenapa? Karena begitu Anda mulai menerima diri sendiri, secara bertahap Anda berhenti mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang lain dan menjadi orang yang lebih spontan dan natural.
Penerimaan diri memungkinkan Anda menjadi otentik. Anda akhirnya bisa lebih rileks dan membiarkan lebih banyak lapisan dalam diri Anda yang sesungguhnya terlihat. Tidak ada rasa malu atau takut untuk menunjukkan kepada dunia siapa Anda yang sebenarnya.
Self-Love (Mencintai Diri)
Harga diri merupakan evaluasi dan penerimaan adalah sikap, sementara cinta menggabungkan perasaan dan tindakan. Bertentangan dengan apa yang selama ini diyakini banyak orang, self-love (mencintai diri) itu sehat.
Mencintai diri sama sekali tidak egois, atau self-indulgent (terlalu memanjakan diri sendiri), juga bukan tindakan egois, apalagi narsisme. Yang sesungguhnya, orang yang egois dan narsistik tidak mencintai diri mereka sendiri sama sekali.
“Ego besar” merupakan kompensasi atas kurangnya mencintai diri sendiri. Kebanyakan orang mengecilkan nilai diri mereka sendiri, tidak terlalu banyak, dan sering jatuh cinta hanya karena kompensasi untuk kekosongan batin, kesepian, dan rasa malu. Tidak heran sebagian besar hubungan gagal (dan ini termasuk mereka yang masih tetap mempertahankan hubungan).
Erich Fromm dengan tepat menunjukkan bahwa cinta adalah bentuk seni yang membutuhkan dedikasi dan latihan, bukan sesuatu yang harus Anda menangkan atau secara ajaib menarik Anda jatuh ke dalamnya. Sebaliknya, mampu mencintai merupakan sebuah kecakapan yang harus dikembangkan—karena membutuhkan usaha dan dimulai dengan belajar mencintai diri sendiri.

Dalam sebuah hubungan, ketika Anda mencintai seseorang, Anda mencoba memahami pengalaman dan pandangan dunia pasangan, meskipun itu semua berbeda dari Anda. Anda menawarkan perhatian, rasa hormat, dukungan, kasih sayang, dan penerimaan Anda kepada pasangan. Kepedulian Anda melibatkan pengetahuan, tanggung jawab, dan komitmen. Kebajikan-kebajikan ini tidak terkotak-kotak, karena cinta tidak dapat dibagi.
Jadi, saat Anda mengembangkan kemampuan ini, kapasitas Anda untuk mencintai diri sendiri dan orang lain bertumbuh.
Self-Love, Kunci Keintiman Anda dengan Pasangan
Mengembangkan kecakapan dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada pasangan—yang adalah kunci keintiman—membutuhkan disiplin dan waktu. Untuk bisa mempelajari apa pun mengharuskan Anda menginginkannya dan menganggapnya sepadan dengan usaha Anda.
Meskipun self-love (mencintai diri) tentu saja merupakan tujuan penting Anda, sekeliling kita penuh dengan gangguan, dan penekanan-penekanan dunia pada kecepatan, kinerja, dan produktivitas membuat pengembangan self-love (mencintai diri) menjadi tantangan.
Meditasi, yoga, seni bela diri sangat membantu dalam mempelajari self-awareness (kesadaran diri) dan membantu Anda untuk memusatkan perhatian.
Sinergi Self-Compassion dan Self-Love
Self-compassion (welas asih untuk diri sendiri) memungkinkan Anda untuk menyaksikan perasaan, pikiran, dan tindakan Anda dengan penerimaan, perhatian, dan pengertian seperti yang Anda lakukan ketika berempati dengan orang lain.
Compassion ini diekspresikan dengan kelemah-lembutan, penuh kasih sayang, dan juga kemurahan hati—kebalikan dari kritik diri, perfeksionisme, dan mendorong diri sendiri.
Ketika mayoritas orang mengalami stres, kewalahan, atau kelelahan, mereka cenderung akan berusaha lebih baik ketimbang merawat diri mereka sendiri. Jika pada waktu kecil Anda tidak dirawat dengan penuh kasih sayang, self-nurturing (merawat diri) dapat dipelajari dalam terapi dari waktu ke waktu.
Di situ Anda akan belajar pentingnya mengintegrasikan penerimaan dan empati yang ditawarkan oleh terapis Anda. Compassion berbeda dengan mengasihani diri sendiri, yang merupakan penilaian tentang situasi atau perasaan Anda. Tidak seperti self-acceptance dan compassion, orang yang mengasihani diri sendiri sering melontarkan kata-kata seperti, “Seharusnya nggak begini, deh…”
Self-love (mencintai diri) memerlukan keyakinan dan keberanian untuk mengambil risiko dan mengatasi berbagai kemunduran dan kesedihan dalam hidup. Keyakinan pada diri sendiri memungkinkan Anda untuk menghibur diri sendiri dan menghadapi tantangan dan kegagalan tanpa tenggelam dalam kekhawatiran atau penilaian.

Anda mengembangkan kemampuan untuk melihat objektivitas diri Anda dan tahu bahwa Anda akan bertahan, terlepas dari berbagai emosi yang ada di saat ini. Jika Anda terus-menerus mencari validasi dan kepastian dari orang lain, Anda kehilangan kesempatan untuk mengembangkan fungsi-fungsi internal ini.
Karena pengetahuan merupakan prasyarat untuk mencintai, menghabiskan waktu sendirian dengan diri sendiri sangat penting untuk mengidentifikasi dan mendengarkan perasaan-perasaan Anda dengan kepekaan dan empati.

Memperoleh kemampuan untuk menyaksikan/mengobservasi dan meregulasi emosi juga merupakan kemampuan yang dipelajari dalam meditasi, psikoterapi dan holistik coaching. Ini sangat penting untuk keintiman dengan pasangan karena memungkinkan Anda hadir (be present) untuk mencintai dan memiliki compassion (welas asih) bagi orang lain.
Setelah membaca ini mungkin Anda sampai pada kesimpulan bahwa belajar mencintai diri sendiri itu tidak mudah. Coba deh, lihat lagi dengan perspektif ini: Sepanjang hari, Anda dihadapkan dengan banyak kesempatan untuk mengabaikan atau menyesuaikan diri dengan perasaan-perasaan Anda, untuk menilai atau menghormatinya, untuk menjaga komitmen dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, dan untuk bertindak sesuai dengan kebutuhan, nilai, dan perasaan Anda.
Anda memiliki kesempatan untuk belajar mencintai diri sendiri setiap saat. Setiap kali Anda merendahkan diri sendiri, meragukan diri sendiri, mengabaikan perasaan atau kebutuhan Anda, atau bertindak melawan nilai-nilai Anda, Anda merusak self-esteem (harga diri) Anda. Demikian pula sebaliknya. Anda juga bisa membuat pilihan-pilihan yang lebih sehat, starting from today!
Sebagai seorang Life, Relationship and Dating Coach metode yang saya gunakan agak berbeda dengan kebanyakan coach yang hanya berpusat pada bagaimana memiliki hubungan yang baik.
Metode saya lebih kepada “Personal Power” yang membuat Anda menjadi diri Anda seutuhnya, karena hubungan yang sehat dimulai dari masing-masing individu yang sehat. Saya melihat hubungan sebagai sebuah hasil dari setiap individu yang menjalani hubungan itu sendiri. Semakin Anda memahami diri Anda, Anda yang memilih pasangan seperti apa yang Anda inginkan dan dengan daya tarik persona yang Anda miliki, Anda akan mampu menarik pasangan terbaik untuk Anda.
Seseorang yang mencintai dirinya akan memiliki kekuatan personal, karena Anda akan sadar sepenuhnya apa yang Anda inginkan dari sebuah hubungan. Personal Power yang saya terapkan pada metode pengajaran saya bisa kalian temukan di kelas "6 Karakteristik Wanita Bernilai Tinggi"
Yunita Eddyanto 